Resensi Buku Novel Rose Karya Sinta Yudisia | Wanita yang Memiliki Hati Seperti Mawar

Resensi Buku Novel Rose Karya Sinta Yudisia  Wanita yang Memiliki Hati Seperti Mawar


Mawar tak hanya dituntut menjaga dirinya sendiri, Ia harus mengembalikan kehormatan keluarganya yang tercabik-cabik.

Hidup adalah skenario yang sudah dibuat Tuhan dengan segala jenis kompleksitasnya. Bahagia dan kesedihan bercampur menjadi satu untuk dijalani manusia. Skenario itu pun dibuatNya tanpa menyiksa hambaNya meskipun dalam kacamata manusia seringkali merasa itu semua adalah cobaan yang berat.

Ketika ditimpa masalah, manusia seringkali menyalahkan keadaan dan (juga) Tuhan karena masalah tersebut hanya menimpanya. Padahal, jauh di belahan bumiNya, manusia lain pun mengalami masalah yang (boleh jadi) serupa atau bahkan jauh lebih berat. 

Namun, ketika bahagia datang menyelimuti kehidupan manusia, seketika Tuhan menjadi sesuatu yang terlupakan. Hanya yang memiliki keyakinan baik akan menerima segala ketentuanNya tanpa mengeluh dan menjadikan air mata sebagai senjata. Seperti kisah Mawar dalam buku Rose karya Sinta Yudisia ini.

  • Judul: Rose
  • Penulis: Sinta Yudisia
  • Penerbit: Indiva Media Kreasi
  • Tahun Terbit: Juni, 2012
  • Tebal: 320 halaman
  • ISBN: 602-8277-46-0

Mawar, anak kedua dari tiga bersaudara harus berjuang seperti laki-laki. Tomboy, jago karate dan senang mendaki gunung dituntut menjadi lebih dewasa dalam perjalanan hidupnya. 

Jika bunga mawar mampu menjaga keindahannya karen duri yang dimilikinya, maka perempuan bernama Mawar ini justru tak hanya dituntut menjaga kehormatannya sendiri tetapi juga seluruh anggota keluarganya.

Ia harus mengakui kecantikan kakaknya, Cempaka, yang memilih jalan menjadi selebriti dengan pergaulan bebas hingga akhirnya terjerat pada masalah kehamilan di luar nikah. 

Karena merasa masih muda dan bisa berkarir, Cempaka tak ingin mengakui anaknya dan berusaha menggugurkannya. Namun, Mawar hadir sebagai penolong anak tak berdosa itu. Yasmin, nama anak itu, dirawatnya dengan sepenuh hati.

Belum lagi selesai persoalan Cempaka, Mawar harus rela menerima adiknya, Melati dilamar laki-laki. Di usia yang sudah begitu matang, Mawar masih tak mampu memikat hati pria manapun. 

Belum lagi karena Mawar harus berpikir keras bagaimana menopang perekonomian keluarganya karena sang Ibu terlilit utang. Rumah disita dan mereka harus pindah dan memulai kehidupan yang lebih baru dari awal.

Mawar tak hanya merelakan hal itu. Kuliah yang tak selesai, usia perawan tua dan pekerjaannya yang harus bersentuhan dengan peternakan ayam (tentu saja kotor setiap hari) harus diterimanya. 

Namun, Mawar tak pernah mengandalkan itu semua dengan mengeluarkan air mata sebagai bentuk ratapan hidupnya. Justru, Mawar terus tersenyum meskipun jiwanya hancur dengan segala tekanan hidup yang dihadapinya.

Buku atau novel Rose ini berkisah dengan latar kota Yogyakarta. Suasana adat Jawa yang kental juga disampaikan dengan begitu apik oleh penulis. Detail hingga saya merasakan sendiri seolah menjadi tetangga dari keluarga Mawar. 

Seberapa banyak wanita yang memiliki hati seperti Mawar?

Ketegaran dalam hidup memang sangat dibutuhkan. Buku Rose ini mengajak saya secara tidak langsung untuk menyelami ruang hati Mawar. Ruang hati yang sebenarnya rapuh namun bukan alasan kemudian menjadikannya sebagai alat ratapan. 

Mawar menunjukkan bahwa nama yang diberikan kepada dirinya mampu membawanya terus ceria. Duri yang diibaratkan sebagai cobaan hidupnya bukan penghalangnya untuk bangkit. Justru ditunjukkannya sebagai kekuatan untuk menerjang kerasnya kehidupan.

Post a Comment

0 Comments