Kebahasaan Teks Cerita atau Novel Sejarah

Kebahasaan Teks Cerita atau Novel Sejarah
 Kebahasaan Teks Cerita atau Novel Sejarah


Setiap kali kita membaca cerpen atau novel kita akan selalu terhubung dan tidak bisa lepas dari bahasanya yang digunakan. Begitu juga dengan teks cerita atau novel sejarah pun tidak bisa dilepaskan dari bahasa yang digunakan.


Penggunaan bahasa teks cerita atau novel sejarah pada umumnya menggunakan adalah bahasa yang bersifat konotasi dan emotif (perasaan). Walaupun bahasa yang digunakan adalah bahasa konotatif dan emotif akan tetapi bahasa pada teks cerita atau novel sejarah tetap menggunakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat.


Berikut ini kaidah kebahasaan yang digunakan pada teks cerita atau novel sejarah.

1. Menggunakan kalimat yang menunjukkan makna lampau.

Contoh:

a. 1942, adalah kali terakhir kami melihat orang-orang itu menginjakan kaki di tanah ini. Terakhir kalinya menginjakan kaki pada gedung-gedung penting di Surabaya, dan terakhir kalinya mereka menginjakan kaki pada kehidupan masyarakat Surabaya. Meskipun pada akhirnya tiba masa yang lebih kejam dari mereka, namun untuk sesaat kami berbahagia atas kepergian mereka dari tanah Jawa. Satu hal yang kutahu pasti, kedatangan (sumber: Neraka di Timur Jawa).

b. Soekarno dan Hatta pada saat itu telah mengeluarkan perintah umum kepada rakyat Indonesia untuk tidak berurusan dengan pasukan Inggris.


2. Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu

seperti kata sambung kronologis dan temporal Misanya sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian, semenjak.

Contoh:

a. Setelah keadaan carut-marut tersebut, Abi duduk di perkarangan rumahnya. Dengan merenungi perkataan yang telah dikatakan oleh bapaknya sebelumnya, ia menatap kosong ke langit dan merenungi, “Aku tidak pernah menjadi orang yang berkontribusi terhadap negaraku, aku bahkan tidak pernah menjadi orang yang bermanfaat untuk keluargaku.

b. Setelah beberapa menit semenjak kedatangan wakil residen tersebut, terdengar suara tembakan dan teriakan dari dalam gedung hotel. Masa yang berada di luar menyadari bahwa perundingan tidak berjalan dengan baik.


3. Menggunakan kata kerja yang mendeskripsikan suatu tindakan

(kata kerja material).

Contoh:

a. Kondisi Surabaya yang semakin tidak kondusif menyebabkan pimpinen Inggris Mayor Jenderal D.C Hawthorn, mencoba mencari orang yang mampu mengkondusifkan kondisi arek-arek Surabaya. Sehingga akhirnya mengundang Sukarno dan beberapa perwakilan dari pemerintah pusat untuk mengadakan gencatan senjata. 

b. Abi terbangun di rumah sakit, bahu kirinya terdapat luka yang cukup dalam yang disebabkan oleh peluru yang menerjang. Di sekitarnya sudah terdapat keluarganya mengelilinginya, namun ia masih mencari sosok sahabatnya dalam ruangan tersebut.


4. Menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung

Tujuannya untuk menceritakan ucapan oleh seorang tokoh. Misanya menurut, menceritakan tentang, mengungkapkan, menuturkan, menyatakan, menanyakan.

Contoh:

a. Menurut rekanrekannya, ia sangat terampil dalam mengurus administrasi, jauh lebih baik dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lain. Mungkin itu juga menjadi salah satu alasan mengapa akhirnya ia dipindah tugaskan ke Surabaya.

b. Riung samudra menyatakan bahwa ia masih bingung dengan semua penjelasan Kendit Galih tentang masalah itu.


5. Menggunakan kata kerja yang menyatakan suatu pikiran dan perasaan

Kata kerja yang dirasakan oleh tokoh. Misal: merasakan, mengharapkan, menganggap, menginginkan.

Contoh:

a. Orang-orang Inggris hanya akan menganggap gerakan kita sebagai gerakan kecil suatu kelompok saja, bukan penolakan umum arek-arek Surabaya.

b. Dalam benaknya, ia hanya menginginkan agar pertempuran ini cepat selesai, dan ia bisa kembali bersama peluk hangat keluarganya. Namun dalam waktu ini, ia harus terbiasa tidur berpindah-pindah, dengan tanah sebagai alas dan bintang malam sebagai atapnya.


6. Menggunakan banyak dialog yang ditandai dengan tanda petik ganda (“…”)

Contoh:

a. “Apa yang sedang kau pikirkan?” Tegur Tigor kepada Abi yang sedang melamun dengan pena nya.

b. “Ini merupakan suatu penghinaan! Mengapa kita harus membayar dosa atas sesuatu yang bukan sepenuhnya salah kita.” Bentak Tigor yang sangat keras menentang melaksanakan ultimatum tersebut.


7. Menggunakan kata sifat untuk menggambarkan suasana, tokoh dan tempat.

Contoh:

a. Suasana perkumpulan relawan saling bercarut-carut, meskipun mereka masih bingung bagaimana merespon ultimatum tersebut.

b. Mansergh tidak bercanda mengenai ultimatum yang diberikannya, sejak pukul 6 pagi jalanan Surabaya sudah dipenuhi kendaraan lapis baja milik sekutu. Kapal-kapal perang sudah menyiapkan meriamnya disekitar pelabuhan dan perbatasan-perbatasan kota.

Nah itulah kaidah kebahasaan yang digunakan pada teks cerita atau novel sejarah. 


Baca Juga:


Post a Comment

0 Comments